Powered By Blogger

Kamis, 30 Desember 2010

biografi tjahjono widarmanto

TJAHJONO WIDARMANTO: Sastrawan, Ngawi
Posted on Oktober 4, 2007 by brangwetan

Tergolong masih muda usia, (lahir di Ngawi 18 April 1969), Tjahjono Widarmanto cukup produktif menulis puisi dan esai di berbagai media, termasuk Jurnal Perisa (Malaysia) dan Bahana (Brunai Darussalam). Dalam peta kesusasteraan nasional, puisi-puisinya sudah diperhitungkan, sejajar dengan para penyair Indonesia terkini seperti Sitok Srengenge, Agus R. Sardjono, Acep Zamzam Noer atau Djamal D. Rahman. Beberapa kali memenangi sayembara menulis, antara lain Juara III Penulisan Puisi Tingkat Nasional di Lampung (1992), Lomba Mengulas Karya Sastra Tingkat Nasional (2002) dan Lomba Menulis Cerpen (LMC) Tingkat Nasional (2002). Sementara puisi-puisinya telah diterbitkan dalam bentuk buku kumpulan puisi, yaitu, Di Pusaran Angin (1997), Kubur Penyair (2002) dan Kitab Kelahiran (2003). Puisi-puisinya yang lain juga disertakan di berbagai antologi bersama yang diterbitkan di berbagai wilayah.

Sebagai penyair dan penggerak kesenian, dia sering diundang di berbagai pertemuan penting, antara lain; Pesta Sastra Nasional di Tasikmalaya, Temu Penyair se-Jawa Sumatera, Bali di Lampung, Bentara Yogyakarta, Jambore Kebudayaan Nasional di Banten, Kongres Cerpen Nasional dan berbagai kegiatan budaya yang diselenggarakan oleh Deawan-dewan Kesenian.

Tjahjono Widarmanto mempunyai keinginan membangun kota Ngawi, kelahirannya, agar memiliki iklim kesenian yang dinamis. Untuk itu ia mendirikan berbagai komunitas seni budaya, seperti Studi Sastra Tanah Kapur, yang bergerak dalam wilayah seni budaya dengan aktivitas berupa kajian, penerbitan, dokumentasi, pameran dan diskusi-diskusi kebudayaan. Secara berkala komunitas ini menerbitkan majalah budaya Rontal. Tjahjono juga mendirikan kelompok teater dan melakukan pembinaan penulisan bagi pelajar.

Pekerjaan sehari-harinya sebagai guru SMU dan dosen perguruan tinggi swasta tak bisa membelenggunya untuk beraktivitas kesenian. Ia berkeyakinan bahwa rutinitas tak boleh mengalahkan kreativitas. Dan dalam kenyataannya, ia masih saja bebas bepergian ke berbagai kota untuk sekadar ceramah, pelatihan atau membacakan karya-karyanya.

Beristrikan Maghfira Wijayanti yang baru disuntingnya September 2003, Tjahjono Widarmanto kini bermukim di Jl. Hasanudin 18 Ngawi. (*)

(sumber: Buku Penghargaan Seniman Jatim, 2003)

Filed under: Sastra
« TAMSIR AS: Sastrawan, Tulungagung (1936-1997) Maestro Remo Munali Patah